Bismillah..
Insya Allah beberapa bulan lagi aku akan mengkhatamkan hafalanku. Amin (Ya Allah, beri hamba kekuatan, kemampuan, kesungguhan, kesabaran, dan keistiqamahan. Amin). Hanya saja, sebelum mengkhatamkan seluruhnya, tiba-tiba aja aku disuruh menikah. Bagaimana ini?
Menurut analisaku selama ini, ditambah dengan penjelasan ustadzah, kegiatan menghafal qur’an itu banyak sekali penghalangnya, misalnya menikah, bekerja, sakit, dan lain-lain. Orang yang benar-benar bisa lulus adalah orang pilihan. Ustadzah bercerita, beliau dulu mengkhatamkan hafalan di Jakarta, satu angkatan terdiri dari sepuluh orang.. dan yang berhasil lulus hanya satu orang dari angkatan tersebut, yaitu ustadzah yang sekarang ini mengampuku. Beliau menjalani lika-liku rintangan ketika memasuki dunia tahfidz.
Awalnya ustadzah menghafal Al-Qur’an di Pekalongan. Lalu beliau memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Ketika pertama kali mendaftar, beliau tidak diterima karena beliau statusnya menjadi mahasiswi (kalau mendaftar di mahad tahfidz saat itu tidak boleh ndobel kegiatan, baik kuliah atau kerja.. harus khusus tahfidz aja.. dan saat itu ustadzah tidak tahu tentang aturan ini). Ustadzah merasa sedih, karena keinginan untuk menjadi hafidzah itu benar-benar muncul dari hati beliau yang terdalam. Beliau ingin sekali masuk mahad tahfidz.
Alhamdulillah, akhirnya ada pengumuman kalau mahad tahfidz buka lagi. Ternyata hanya dibuka untuk 5 orang akhwat dan 5 ikhwan. Ustadzah senang sekali lalu mendaftar lagi dan akhirnya diterima. Alhamdulillah. Beliau menceritakan ada teman-temannya yang hanya menghafal beberapa menit saja sudah bisa langsung maju setoran hafalan, teman ustadzah memang istimewa, cerdas. Hanya saja akhirnya ia diuji oleh Allah dengan tugas mengajar yang makin banyak sehingga akhirnya waktu untuk murajaah kurang. Semakin banyak hafalan, maka semakin banyak waktu yang harus disediakan untuk memuraja’ah hafalan.
Sahabat ustadzah yang lain, disuruh bekerja oleh orang tuanya sehingga ia ‘terpaksa’ meninggalkan mahad tahfidz untuk bekerja mencari nafkah. Yang lainnya tidak bisa sampai akhir di mahad karena sakit. Setelah ditelusur, ternyata orangtuanya tidak meridhai karena belum mengenal dunia tahfidz. jika ia berada di mahad tahfidz, apa yang didapat? bukan uang.. begitulah kira-kira pemikiran ortu sahabat ustadzah..
Dan yang terakhir… sahabat ustadzah disuruh menikah oleh ortu.. sama seperti halnya aku saat ini (air mataku mengalir saat menuliskan kata-kata ini).
Dan dari pengalaman ustadzah selama ini mengajar di mahad tahfidz, belum ada satu pun murid beliau.. yang menikah di tengah kegiatan menghafal.. yang akhirnya lulus hingga ujian akhir (30 juz sekali duduk). Padahal hafalan mereka sudah banyak.. kurang beberapa juz aja..
Memang, ahlu qur’an itu benar-benar pilihan Allah.
(lanjutan..)
Alhamdulillah, sore ini aku mendapatkan izin dari ibu untuk melanjutkan hafalanku hingga tuntas .Ya Allah, lembutkanlah hati ayah dan ibu hamba. Masukkanlah mereka ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang engkau sayangi. Perkenankanlah mereka untuk masuk ke jannah-Mu dan melihat wajah-Mu kelak ya Allah. Amin
Diposting oleh
Ahmad Taufik Siregar, Ajamu (Labuhanbatu), Sumatera Utara
di
Kamis, November 24, 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar